Wednesday, April 13, 2011

Secangkir teh hangat....

 Mentari bersembunyi malu di balik awan tebal pertanda hujan akan turun di sore itu…. Di sebuah dapur sederhana seorang istri tengah mengaduk secangkir teh.. fikirannya melayang mengingat kejadian puluhan tahun silam. Kejadian yang tersimpan rapi dalam memorinya mengenai secangkir teh.

Ia ingat betul bagaimana seorang wanita yang begitu berarti dalam hidupya selalu membuatkan secangkir teh hangat menyambut kepulangan suaminya. Ketika sang suami terlambat dan tidak memberitahukan sebelumnya.. maka teh yang sebelumnya hangat berubah menjadi dingin segera ia ganti dengan teh  yang baru yang lebih hangat. Begitu setianya ia menanti kepulangan sang suami dengan sambutan teh hangat itu selama puluhan tahun….subhanallah..ciuman tangan dan secangkir teh selalu menjadi peneman sang suami ketika memasuki rumahnya yang selalu rapih. Ehm.. padahal anak-anak mereka masih kecil-kecil.. namun sang wanita selalu membiasakan kerapihan pada tiga orang buah hati mereka.. sulit memang tetapi sang wanita itu berhasil.. tiga anaknya tumbuh menjadi orang yang cinta akan kerapihan dan kebersihan.. sampai mereka berumahtangga. Wanita itu adalah ibunya, wanita tegar yang membesarkan anak-anaknya dalam limpahan kasih sayang..

Lamunannya terhenti takkala klakson mobil dihalaman rumah berbunyi.. segera ia bawa teh hangat yang telah siap ke atas meja makan dan bergegas merapikan rambut dan baju yang dikenakannya, seraya berlenggok didepan cermin besar yang sengaja ia pasang menuju ruang tamu. Sang suami sudah pulang.. pangeran cintanya telah datang..setelah pintu terbuka ia segera mencium tangan sang suami dengan penuh cinta.. taklupa ia bawakan teh hangat.. sang suami pun tersenyum indah. “ Ibu… mulai hari ini akan ku baktikan diriku untuknya. Pangeran yang Allah pertemukan untukku. Akan ku contoh secangkir teh cintamu agar ia menjadi lelaki yang paling bahagia ketika bersamaku…” tekadnya dalam hati..

                Subhanallah.. kawan.. sudahkan kita melakukannya..? mungkin hanya secangkir teh hangat dan ciuman tangan tanda takdzim… namun ia telah membuat orang yang berharga dalam hidup kita menjadi orang yang paling bahagia karena mendapat sedikit perhatian yang kita punya….ehmm atau kita terlalu sibuk ber-FB ria,  menonton televisi atau belum pulang kantor hingga tidak menyadari kepulangannya apalagi menyediakan teh dan mencium tangannya..?..bahkan untuk alasan yang terakhir penulis pernah mengalaminya.. si abi rela menunggu didepan pagar karena  menunggu kepulanganku  … astagfirullah… semoga cukup sekali saja…karena ingin ku berazzam menjadi istri dan wanita yang membuat ia selalu bahagia… yang ridhonya menjadi penolongku kelak diakhirat… amiin.. ku yakin engkau juga ingin bukan..?... (sebuah introspeksi diri)

Wednesday, March 23, 2011

Perpisahan itu..


               Mendung menggelayut manja di pagi itu.. menjadi pagi yang tidak begitu diharapkan putriku. Hari ini dia bersiap menghadapi perpisahan dengan kawan karibnya.. tepatnya keluarga yang sudah begitu dekat dengan kami. Keluarga pertama senegara yang kami kenal dinegeri asing ini. Keluarga yang bersama-sama membangun idealisme pendidikan hakiki bagi para buah hati. Keluarga yang sama-sama menjadikan rumahnya sebagai sekolah, tempat bermain dan berbagi kasih sayang.
Pagi itu tanggal 22 maret kami siapkan diri untuk mengantar keluarga itu kembali ke tanah air. Putriku telah menyiapkan satu buah puisi perpisahan semalam. Ku lihat dia begitu serius menyusun rangkaian kata, bait demi bait dia tulis dengan penuh perasaan dilayar komputernya. Penasaran memang ( waktu serasa lama berjalan menunggu ia tidur). Ingin segera kubaca apa yang ditulisnya. ( aku selalu merasa excited dengan rangkaian kata yang ditulis dalam puisi-puisi putriku). Dan akhirnya setelah menunggu agak lama akupun memiliki kesempatan membaca puisi yang akan diberikan pada kawan karibnya itu.Puisi  yang begitu menyentuh hatiku, dilayar computer itu tertulis…

PERPISAHAN
Kawan…
Ku tahu perpisahan itu pasti kan datang
Karena disetiap pertemuan pasti ada perpisahan
Namun.. kenanganmu,kenanganku dan kenangan kita akan ku ingat selalu
          Kawan..
          Mari kita simpan tanda persahabatan itu
          Tanda yang membuat kita pernah bersatu
          Tanda yang memberi kenangan indah dulu
Kawan…
Ingatkah pertemuan kita dulu..?
Aku malau.. kaupun malu
Tapi kutahu persahabatan ini takkan ragu
          Ya Allah…
          Berikan kami kekuatan menerima perpisahan ini
          Moga persahabatan ini
          Kan kekal karena cinta-MU
By : adzra
Special to my best friend forever : sayyid dan asya

                Terhanyut ku membaca puisi itu.. Subhanallah.. karena Allah memberi energi cinta dan kasih sayang terhadap anak-anak itu. Untuk pertama kalinya putriku yang tidak pernah membaca puisi ( meski senang membuat puisi namun ia tak suka mendeklamasikannya di depan orang lain) membacakan puisi karyanya di depan kawan karibnya, membuat mereka tenggelam dalam syahdu. Isak tangis mereka mewarnai perpisahan di bandara pagi itu.. hujanpun ikut menambah sendu atas perpisahan mereka. Mereka masih kecil, mereka baru sekolah dasar, namun begitu mengerti akan hakikat persahabatan. Yang lebih membuat kami merasa bangga terhadap mereka adalah bahwa persahabatan mereka dibangun atas nama cinta-NYA,sesuatu yang belum ku mengerti ketika ku seusia mereka.
                Hari-hari berikutnya mungkin adalah hari yang berat dalam perjalanan putriku, karena ia harus melewati hari-hari bersekolah rumahnya sendiri.. hanya bersama-adik-adiknya dan mungkin ku berharap ada kawan baru dari keluarga lain lagi yang menemani. Setiap kegiatan yang dilalui selalu mengingatkannya dengan kenangan bersama kawan karibnya. Kegiatan bernyanyi adalah kegiatan yang paling difavoritkan mereka, setiap lagu menjadi kenangan indah bersama. Sayyid yang senang bernyanyi (setiap lagu yang dinyanyikannya selalu menjadi ‘hits’ bagi yang lain meskipun lagu itu belum pernah kami dengar), Asya yang pandai mendeklamasikan puisi ( putriku selalu senang membuatkan puisi untuk dibacakan asya), Putriku Adzra yang pandai membuat puisi, dan mamas yang selalu senang berkumpul dengan mereka.. adalah satu formasi yang lengkap dan saling mendukung.
                Akhirnya . selamat kembali ke tanah air.. Selamat sekolah kembali di sekolah yang menyenangkan dinegeri kita Mas Sayyid dan Asya. Mari kita bangun mimpi-mimpi kita, moga ketika bertemu nanti kalian semua adalah kuncup yang telah mekar menjadi bunga.. bunga-bunga yang akan mewarnai negeri kita dimasa depan. Kasih sayang yang Allah anugrahkan saat ini menjadi pupuk indah akan nuansa cinta dalam persahabatan karena-NYA.. Teriring salam dan doa kami ( Umi Lily,Abi Adhi and umi Elkis, Abi Imet)

Tuesday, March 15, 2011

Homeschooling kami...


Homeschooling..? awalnya tak pernah terfikir dalam benakku, mengingat aku adalah seorang ibu yang kebetulan mengajar dalam sebuah institusi pendidikan. Namun akhirnya ini menjadi pilihan kami satu tahun belakangan setelah kami sekeluarga pindah sementara keluar Indonesia. Ya kami ikut si Abi (panggilan kami terhadap ‘ayah’) melanjutkan study S-3nya.
Keputusan ini kami ambil melalui pertimbangan yang masak. Ada berbagai segi yang akhirnya membuat kami memutuskan ketika buah hati kami yang pertama (si Kakak) kami tetapkan sebagai murid pertama kami di’rumah’ pada tahun 2010 lalu. Kakak adalah murid pertama kami yang pada saat itu duduk di kelas 1 semester2.
Bagaimana kami memulainya…? Ehm tentu saja ini merupakan hal yang baru bagi kami sekeluarga. Pengaturan waktu yang tidak mudah antara pekerjaan rumah, menjaga si kecil yang pada saat itu baru berusia 8 bulan tanpa seorang asisten yang membantu ( ehm gaji khadimat disini sekitar satu juta delapan ratusan kalau dirupiahkan)…ehm tentunya bukan sebuah angka yang murah bagi kami yang hanya seorang student. Beberapa sekolah sebelumnya juga sudah kami hunting dari mulai sekolah negeri, swasta, bahkan sekolah kerjasama dengan Indonesia… hasilnya si kakak hanya geleng-geleng kepala untuk memilihnya, belum lagi dia sudah banyak mandengar pengalaman kawan-kawan lain…sebuah pilihan yang sulit memang. akhirnya dengan “bismillah” kami mulai petualangan baru itu.
Langkah pertama kami memulai homeschooling ini dengan mencari berbagai informasi mengenainya. Dari beberapa website kami dapat informasi yang cukup memadai bahkan ada satu website yang menginformasikan secara detail mengenai kegiatan anaknya yang melakukan homeschooling. Untuk legalitasnya kami memulai dengan mendaftarkan si kakak ke dalam sebuah komunitas HS (homeschooling) yang ada di Jakarta. Sebagai informasi di Jakarta saat ini sudah banyak menjamur komunitas HS. Komunitas ini nantinya berfungsi sebagai legalitas akan evaluasi anak yang HS jika suatu saat nanti kembali ke sekolah normal. Pengadaan raport dan ulangan akhir semester biasanya akan di uruskan oleh lembaga ini melaui email. Pekerjaan ulangan anak kita pun di scan dan dikirim via email.
Langkah selanjutnya adalah penyediaan seluruh fasilitas si anak. Mulailah kami bergerilya untuk merubah rumah sewa kami layaknya menjadi sebuah ‘kelas’. Kami mulai membuat aksesoris kelas mulai dari papan tulis, penyediaan mading dan aksesori-aksesori penyemangat dari kertas berwarna-warni. Segala ilmu ‘berhias’ coba kukeluarkan untuk mengubah ruang tamu kami menjadi sebuah kelas yang nyaman, karena si kakak begitu takjub dengan sekolah sebelumnya di Indonesia ( kakak sempat satu semester sekolah di sebuah SDIT di depok), takjub dengan ruang kelasnya yang penuh hiasan plus takjub dengan gurunya ( Bu Iin dan Bu Lisda) yang begitu perhatian..subhanallah. Beruntung lima tahun pengalamanku menjadi guru di sebuah SDIT amat sangat membantu proyek besar kami ini.Sebuah investasi yang benar-benar mempertaruhkan kenyamanan belajar putri kami. Prinsipnya kalau kami tidak mampu memberikan yang terbaik untuk putri kami maka biarlah dia belajar dibawah pengawasan kami. Dalam hal ini kuucapkan banyak terimakasi kepada si Abi karena banyak menyediakan fasilitas berupa komputer plus internet dan printer, tak lupa juga ilmu tentang”correlnya”, Jazakallah.
Langkah berikutnya adalah penyediaan kebutuhan dasar pembelajaran berupa buku tulis, buku paket dan rule sekolah yang tentunya ini adalah kesepakatan kami bersama. Sebagai informasi kami membeli buku paket dari Indonesia mengikuti kurikulum yang ada, namun untuk mata pelajaran tertentu seperti sains, English dan matematika kami tambahkan buku dari negara tempat kami tinggal yang menggunakan bahasa Inggris. Kami harapkan ia dapat memperkaya wawasan bahas Inggrisnya dengan terbiasa membaca buku berbahasa asing itu. Ku lihat betapa bahagianya kakak ketika ku ajak untuk membuat jadwal pelajaran bersama, membuat peraturan (rule) yang disepakati bersama. Kami sepakati jadwal memulai pelajaran dan akhir pelajaran.
Dalam homeschooling memang dikenal sebagai pembelajaran sepanjang waktu. Prinsipnya pada saat anak itu dirumah maka pada saat itulah si anak bersekolah. Namun kami tetap menetapkan ‘jam sekolah’ untuk si kakak agar ia tidak bosan. Dengan begitu kami harapkan si kakak tetap memiliki waktu pribadinya. ( kakak sangat senang untuk menyendiri dalam membuat puisi-puisinya.. selama homeschooling berjalan kakak yang baru kelas 2 SD sudah memiliki lebih dari 40 puisi).. subhanallah entah darimana jiwa melankolis itu mengalir, mengingat abi dan uminya bukanlah orang yang puitis.
Di samping itu seiring berjalannya waktu kami juga menambah pembelajaran tahfidz (hafalan Qur’an) yang berada di luar rumah. Atas persetujuan kakak, kami memasukkan kakak di sebuah lembaga tahfidz selama 2,5 jam sehari selama 5 hari dalam 1 minggu. Hasilnya luar biasa dua juz pun terlewatkan olehnya…Alhamdulillah.
Akhirnya selama hampir 3 semester ini telah berhasil dilewati oleh putriku sayang. Kakak pun sudah terbiasa dengan kegiatan homeschoolingnya. Tanpa diperintahkan dia sudah siap dengan buku pelajarannya. Kadang dia pun belajar sendiri tanpa kuajari. Buku pelajaran dilahapnya habis sebelum waktunya. Bahkan pelajaran online yang telah kupersiapkan sebagai bahan ajar pun sudah dengan cepat dia kerjakan. Perkembangannya pesat dan akupun dapat mengetahui dengan pasti potensi yang dimilikinya. Setiap detik kami lalui bersama, hingga kutahu apa masalah sekolahnya . Ingin ku tebus masa ketika dia tidak bersamaku, dan saat ini kami sedang mengumpulkan semua puisinya untuk dapat diterbitkan menjadi sebuah buku ( semoga impianmu tercapai anakku..).
Sebagai informasi disekitar daerah kami ada 3 keluarga yang mengikuti HS, sehingga kami dengan rutin mengadakan kegiatan HS bersama dalam setiap minggunya. Dari mulai membuat prakarya bersama, belajar bersama, bahkan agenda tinggal dengan keluarga masing-masing ( menginap). Karena seringnya bertemu membuat ikatan pertemanan mereka menjadi kuat. Fieldtrip pun dilaksanakan secara bersama. Fieldtrip atau kami menyebutnya outing adalah belajar diluar kelas dalam rangka menerapkan ilmu-ilmu yang sudah dipelajari . Prinsip konstruktivisme amat terasa disini. Penggunaan fasilitas-fasiltas belajar yang cukup memadai juga ada disini, dan itu banyak diperoleh secara percuma. Mengenai outing ini insyaallah akan kami bahas secara sendiri daerah-daerah dan tempat-tempat mana saja yang sudah kami kunjungi bersama.
Banyak kendala yang kami hadapi juga dalam melakukan homeschooling ini. Banyak orang yang meremehkan HS ini padahal anehnya mereka juga tidak puas dengan sekolah yang diikuti oleh anaknya, tak jarang ada yang berganti sampai 4 sekolah disini. Ehm memang ini adalah sebuah pilihan yang harus dijalani. Kesiapan orang tua terutama sang ibu sebagai pengajar utama amatlah penting. Kepandaian dalam mengatur pekerjaan rumahtangga, menciptakan rumah yang bersih dan rapi demi kenyamanan anak adalah hal yang utama karena si anak akan belajar didalam kelas yang berada dalam rumahnya sendiri. Pembagian perhatian juga menjadi hal penting karena jangan sampai buah hati yang lain berada diluar pengawasan si ibu. Tahun ajaran baru ini akan datang murid kedua kami ‘mamas’ putra kedua kami yang berusia 4 tahun akan memasuki taman kanak-kanak di rumah kami. Kemampuannya membaca qiroati yang cepat serta kemampuan membaca yang sudah mulai diasah sejak tiga tahun menjadi ‘karcis masuk’ yang mudah untukku sebagai gurunya kelak.. Selamat datang murid-muridku di sekolah rumah kita.. moga segala cita dan harapanmu dapat kami wujudkan. .. kutunggu cerita berikutnya di tahun ajaran depan.

Thursday, March 10, 2011

Pesan pramodyia


"Sepintar apapun kau, jika kau tak menulis kau akan hilang dari sejarah"..
by pramoedya copas dari status teman di sebuah web sosial . Kata-kata indah namun cukup menyindir saya seketika itu...saya bukan orang yang senang untuk menumpahkan fikiran melalui sebuah tulisan (alias males nulis dot com...he he he)...mulanya bingung mau menulis apa..namun berbekal dorongan sana sini...akhirnya saya memulai tulisan..moga bermanfaat dan.. selamat datang di rumah maya kami..

Cinta di Rumah Putih...(sebuah kisah)

Rumah putih itu.. rumah cinta, Adam memulai tulisannya sambil coba mengingat kejadian belasan tahun silam.
Semua orang tahu Pak Haji Jajat pemilik rumah itu suka sekali warna putih, hal ini bukan suatu kebetulan karena pak haji menginginkan anak semata wayangnya menjadi dokter..ehm sebuah cita-cita yang mulia. Kalau boleh dibilang hanya atap rumah itu saja yang tidak berwarna putih.Namun semenjak di tinggal istrinya wafat, rumah itu menjadi kosong karena pak haji diminta tinggal bersama anaknya di jepang.. sungguh orang betawi yang amat beruntung...
Semenjak itulah kami menempati rumah pak haji jajat tentunya dengan membayar uang sewanya setiap bulan, ya. aku dan tiga orang kawan lainnya baru saja masuk perguruan tinggi favorit di depok. Rumah yang hanya bersebrangan dengan halte kampus itu membuat kami amat senang tinggal di rumah putih. Selain besar didalamnya juga sudah tersedia furniture, namun pak haji berpesan untuk merawat rumah ini dan tidak boleh diisi lebih dari empat orang.Ehm.. sebuah aturan yang harus di patuhi. Satu hal yang membuat kami tertawa geli adalah alasan pak jajat menerima kami karena kami "berjenggot" dan satu lagi karena kami "ganteng" he he he.. pernyataan terakhir yang akhirnya membuatt kami terbang tinggi...
Kegembiraan kami ternyata tidak berlangsung lama.. pasalnya ada seorang gadis yang selalu "menunggu" kami berangkat dan pulang dari kampus. Entah dari mana dia begitu tahu jadwal kami pergi dan pulang kampus. sesuatu yang biasa saja namun menjadi luar biasa ketika itu berlangsung setiap hari. Setiap kami keluar rumah sang gadis sudah siap dengan sapu lidi ditangan untuk menyapu jalanan yang kami lalui sehingga dengan berat hati kami selalu bilang " permisi mbak.." sesuatu yang benar-benar kami paksakan karena setelah itu ia akan mengajak kami mengobrol.
Sang gadis anak mak enty pemilik rumah kontrakan yang ramai berjajar di sepanjang jalan utama, dia muda dengan wajah yang lumayan manis.. tapi menurut orang otak dia agak terbelakang... sehingga bisa dibayangkan saat-saat pergi dan pulang kampus adalah saat-saat mencengkram buat kami..karena kami kuliah pada jurusan yang berlainan walhasil kami harus janjian balik kos bersamaan guna menghindari si gadis...bahkan pernah dia nekat menulis rumah putih itu menjadi rumah 'ganteng' dengan menggunakan lipstick super merahnya di tembok putih pak Haji. ehmm masyallah
Itu adalah kisah belasan tahun yang lalu....gadis yang anak mak enty yang sampai saat ini aku tak tahu namanya itupun entah berada dimana...?.. namun tulisanku berhenti ketika BB ku berbunyi kulihat facebook ku meminta persetujuan pertemanan...Dialah Arman kawan karibku dikampus..anak psikologi yang jadi rebutan para mahasiswi... kulihat foto profilnya adalah foto pernikahan dengan seorang gadis berkerudung yang.... ehmm begitu ku kenal wajahnya belasan tahun lalu...ehmmm mungkinkah dia gadis itu???...... ( bangi,27 februari 2011)

Menjadi Mulia Tak Perlu Kaya


Ini sebuah kisah nyata: ada dua orang wanita yang tinggal serumah. Keduanya selalu menyisihkan sebagian harta yang dititipkan Allah pada mereka dengan cara berinfak. Hal ini mungkin bukan sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Tetapi tunggu, ulama tersebut melanjutkan kisahnya.

Siapakah kedua wanita yang tinggal dalam satu atap itu? Mereka bukanlah anak dan ibu atau kakak beradik. Lalu, siapakah gerangan mereka? Keduanya tak lain adalah seorang majikan dan pembantunya.

Tanpa diketahui oleh masing-masing, sang pembantu selalu menyisihkan rezeki yang diperoleh setiap kali menerima gaji, demikian pula dengan sang majikan. Secara logika kita pastinya berfikir bahwa penghasilan sang majikan lebih besar dari sang pembantu, maka infaknya pun tentu akan lebih besar. Sang pembantu, berapalah ia mampu infakkan, apalagi harus berbagi dengan kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya.

Namun, Allah mempunyai matematika lain. Dengan gaji tak seberapa plus dipotong infak, ia hidup cukup. Anak-anaknya bersekolah sampai jenjang tertinggi.

Tentu saja bagi orang beriman yang mengakui bahwa hanya Allah yang berkuasa memberi rezeki, tak kan pernah heran atau terlontar tanya seperti demikian. Karena sudah jelas tercantum firman-Nya dalam Alquran:

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 261).

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka, dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS Al-Hadid: 18)

Demikianlah, Allah telah banyak menunjukkan salah satu contoh kekuasaan-Nya melalui kisah serupa. Sebagai sebuah pelajaran supaya cukuplah Allah tempat kita menyandarkan keyakinan sepenuhnya atas rezeki yang diberikan-Nya. Di samping itu kita tidak perlu merasa khawatir untuk bersedekah atau menginfakkan sebagian rezeki yang Allah titipkan tersebut karena janji Allah pastilah benar adanya. Kita pun tak perlu menunggu menjadi orang kaya untuk berbagi rezeki demi mendapatkan kemuliaan di hadapan-Nya.

“.... Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS Al Hujuraat [49]:13). ( by : Republika)