Tuesday, March 15, 2011

Homeschooling kami...


Homeschooling..? awalnya tak pernah terfikir dalam benakku, mengingat aku adalah seorang ibu yang kebetulan mengajar dalam sebuah institusi pendidikan. Namun akhirnya ini menjadi pilihan kami satu tahun belakangan setelah kami sekeluarga pindah sementara keluar Indonesia. Ya kami ikut si Abi (panggilan kami terhadap ‘ayah’) melanjutkan study S-3nya.
Keputusan ini kami ambil melalui pertimbangan yang masak. Ada berbagai segi yang akhirnya membuat kami memutuskan ketika buah hati kami yang pertama (si Kakak) kami tetapkan sebagai murid pertama kami di’rumah’ pada tahun 2010 lalu. Kakak adalah murid pertama kami yang pada saat itu duduk di kelas 1 semester2.
Bagaimana kami memulainya…? Ehm tentu saja ini merupakan hal yang baru bagi kami sekeluarga. Pengaturan waktu yang tidak mudah antara pekerjaan rumah, menjaga si kecil yang pada saat itu baru berusia 8 bulan tanpa seorang asisten yang membantu ( ehm gaji khadimat disini sekitar satu juta delapan ratusan kalau dirupiahkan)…ehm tentunya bukan sebuah angka yang murah bagi kami yang hanya seorang student. Beberapa sekolah sebelumnya juga sudah kami hunting dari mulai sekolah negeri, swasta, bahkan sekolah kerjasama dengan Indonesia… hasilnya si kakak hanya geleng-geleng kepala untuk memilihnya, belum lagi dia sudah banyak mandengar pengalaman kawan-kawan lain…sebuah pilihan yang sulit memang. akhirnya dengan “bismillah” kami mulai petualangan baru itu.
Langkah pertama kami memulai homeschooling ini dengan mencari berbagai informasi mengenainya. Dari beberapa website kami dapat informasi yang cukup memadai bahkan ada satu website yang menginformasikan secara detail mengenai kegiatan anaknya yang melakukan homeschooling. Untuk legalitasnya kami memulai dengan mendaftarkan si kakak ke dalam sebuah komunitas HS (homeschooling) yang ada di Jakarta. Sebagai informasi di Jakarta saat ini sudah banyak menjamur komunitas HS. Komunitas ini nantinya berfungsi sebagai legalitas akan evaluasi anak yang HS jika suatu saat nanti kembali ke sekolah normal. Pengadaan raport dan ulangan akhir semester biasanya akan di uruskan oleh lembaga ini melaui email. Pekerjaan ulangan anak kita pun di scan dan dikirim via email.
Langkah selanjutnya adalah penyediaan seluruh fasilitas si anak. Mulailah kami bergerilya untuk merubah rumah sewa kami layaknya menjadi sebuah ‘kelas’. Kami mulai membuat aksesoris kelas mulai dari papan tulis, penyediaan mading dan aksesori-aksesori penyemangat dari kertas berwarna-warni. Segala ilmu ‘berhias’ coba kukeluarkan untuk mengubah ruang tamu kami menjadi sebuah kelas yang nyaman, karena si kakak begitu takjub dengan sekolah sebelumnya di Indonesia ( kakak sempat satu semester sekolah di sebuah SDIT di depok), takjub dengan ruang kelasnya yang penuh hiasan plus takjub dengan gurunya ( Bu Iin dan Bu Lisda) yang begitu perhatian..subhanallah. Beruntung lima tahun pengalamanku menjadi guru di sebuah SDIT amat sangat membantu proyek besar kami ini.Sebuah investasi yang benar-benar mempertaruhkan kenyamanan belajar putri kami. Prinsipnya kalau kami tidak mampu memberikan yang terbaik untuk putri kami maka biarlah dia belajar dibawah pengawasan kami. Dalam hal ini kuucapkan banyak terimakasi kepada si Abi karena banyak menyediakan fasilitas berupa komputer plus internet dan printer, tak lupa juga ilmu tentang”correlnya”, Jazakallah.
Langkah berikutnya adalah penyediaan kebutuhan dasar pembelajaran berupa buku tulis, buku paket dan rule sekolah yang tentunya ini adalah kesepakatan kami bersama. Sebagai informasi kami membeli buku paket dari Indonesia mengikuti kurikulum yang ada, namun untuk mata pelajaran tertentu seperti sains, English dan matematika kami tambahkan buku dari negara tempat kami tinggal yang menggunakan bahasa Inggris. Kami harapkan ia dapat memperkaya wawasan bahas Inggrisnya dengan terbiasa membaca buku berbahasa asing itu. Ku lihat betapa bahagianya kakak ketika ku ajak untuk membuat jadwal pelajaran bersama, membuat peraturan (rule) yang disepakati bersama. Kami sepakati jadwal memulai pelajaran dan akhir pelajaran.
Dalam homeschooling memang dikenal sebagai pembelajaran sepanjang waktu. Prinsipnya pada saat anak itu dirumah maka pada saat itulah si anak bersekolah. Namun kami tetap menetapkan ‘jam sekolah’ untuk si kakak agar ia tidak bosan. Dengan begitu kami harapkan si kakak tetap memiliki waktu pribadinya. ( kakak sangat senang untuk menyendiri dalam membuat puisi-puisinya.. selama homeschooling berjalan kakak yang baru kelas 2 SD sudah memiliki lebih dari 40 puisi).. subhanallah entah darimana jiwa melankolis itu mengalir, mengingat abi dan uminya bukanlah orang yang puitis.
Di samping itu seiring berjalannya waktu kami juga menambah pembelajaran tahfidz (hafalan Qur’an) yang berada di luar rumah. Atas persetujuan kakak, kami memasukkan kakak di sebuah lembaga tahfidz selama 2,5 jam sehari selama 5 hari dalam 1 minggu. Hasilnya luar biasa dua juz pun terlewatkan olehnya…Alhamdulillah.
Akhirnya selama hampir 3 semester ini telah berhasil dilewati oleh putriku sayang. Kakak pun sudah terbiasa dengan kegiatan homeschoolingnya. Tanpa diperintahkan dia sudah siap dengan buku pelajarannya. Kadang dia pun belajar sendiri tanpa kuajari. Buku pelajaran dilahapnya habis sebelum waktunya. Bahkan pelajaran online yang telah kupersiapkan sebagai bahan ajar pun sudah dengan cepat dia kerjakan. Perkembangannya pesat dan akupun dapat mengetahui dengan pasti potensi yang dimilikinya. Setiap detik kami lalui bersama, hingga kutahu apa masalah sekolahnya . Ingin ku tebus masa ketika dia tidak bersamaku, dan saat ini kami sedang mengumpulkan semua puisinya untuk dapat diterbitkan menjadi sebuah buku ( semoga impianmu tercapai anakku..).
Sebagai informasi disekitar daerah kami ada 3 keluarga yang mengikuti HS, sehingga kami dengan rutin mengadakan kegiatan HS bersama dalam setiap minggunya. Dari mulai membuat prakarya bersama, belajar bersama, bahkan agenda tinggal dengan keluarga masing-masing ( menginap). Karena seringnya bertemu membuat ikatan pertemanan mereka menjadi kuat. Fieldtrip pun dilaksanakan secara bersama. Fieldtrip atau kami menyebutnya outing adalah belajar diluar kelas dalam rangka menerapkan ilmu-ilmu yang sudah dipelajari . Prinsip konstruktivisme amat terasa disini. Penggunaan fasilitas-fasiltas belajar yang cukup memadai juga ada disini, dan itu banyak diperoleh secara percuma. Mengenai outing ini insyaallah akan kami bahas secara sendiri daerah-daerah dan tempat-tempat mana saja yang sudah kami kunjungi bersama.
Banyak kendala yang kami hadapi juga dalam melakukan homeschooling ini. Banyak orang yang meremehkan HS ini padahal anehnya mereka juga tidak puas dengan sekolah yang diikuti oleh anaknya, tak jarang ada yang berganti sampai 4 sekolah disini. Ehm memang ini adalah sebuah pilihan yang harus dijalani. Kesiapan orang tua terutama sang ibu sebagai pengajar utama amatlah penting. Kepandaian dalam mengatur pekerjaan rumahtangga, menciptakan rumah yang bersih dan rapi demi kenyamanan anak adalah hal yang utama karena si anak akan belajar didalam kelas yang berada dalam rumahnya sendiri. Pembagian perhatian juga menjadi hal penting karena jangan sampai buah hati yang lain berada diluar pengawasan si ibu. Tahun ajaran baru ini akan datang murid kedua kami ‘mamas’ putra kedua kami yang berusia 4 tahun akan memasuki taman kanak-kanak di rumah kami. Kemampuannya membaca qiroati yang cepat serta kemampuan membaca yang sudah mulai diasah sejak tiga tahun menjadi ‘karcis masuk’ yang mudah untukku sebagai gurunya kelak.. Selamat datang murid-muridku di sekolah rumah kita.. moga segala cita dan harapanmu dapat kami wujudkan. .. kutunggu cerita berikutnya di tahun ajaran depan.